text

Waspadalah sebelum anda memilih pekerjaan, seiring banyaknya info-info penipuan mengatasnamakan lowongan pekerjaan, info lebih lanjut silahkan anda kunjungi BERBAGI PENGALAMAN

7 Kesalahan Yang Harus Di Hindari Saat Wawancara Kerja




Anda sudah kerja keras supaya bisa masuk ke tahapan tes wawancara kerja. Anda sudah lolos tahap penyaringan surat lamaran dan curriculum vitae, dan mungkin juga wawancara telepon. Nah sekarang tantangannya adalah menghadapi secara langsung para pewawancara dan mungkin juga sang pemilik perusahaan. Padahal bagian wawancara atau interview ini lah yang biasanya dianggap paling membuat stress. Di sini Anda tidak bisa lagi bersembunyi di belakang surat lamaran dan curriculum vitae. Maka perlu kemudian Anda berhati-hati untuk tidak melakukan beberapa kesalahan umum sebagai berikut:

1. Hadir Terlambat

Ngaret: tak ada cara yang lebih mudah ketimbang ini untuk dg sukses kehilangan poin baik dari employer prospektif. Yang namanya kesan pertama itu memang amat membekas. Sayangnya, hadir terlambat meneriakkan pesan semacam “Aku ini ndak bisa diandalkan” atau “Waktu Anda semua ndak begitu penting buat saya”. Apakah ini yang Anda ingin para pewawancara dan employer prospektif pikir tentang diri Anda bahkan sebelum Anda sempat berucap seutas kata pun? Pastikan Anda telah ketahui secara pasti lokasinya, sehingga nanti tidak perlu habiskan waktu untuk tersesat ria. Datanglah amat awal di tes wawancara Anda. Dengan begitu, hujan lebat, banjir, macet atau urusan lain tidak akan jadi perusak kesan baik Anda. Jika ternyata sampai kebetulan ada truk tronton ngguling dan menumpahkan 10 ton tomat di tengah jalan, maka begitu Anda tiba di lokasi, segeralah minta maaf, beri penjelasan singkat, dan langsung lanjutkan (idealnya Anda telpon saja dari HP begitu merasa bakal terlambat).

Tapi jikapun Anda hadir jauh lebih awal, jangan lantas Anda nyelonong masuk saja ke ruang wawancara. Ini juga kurang baik, bahkan meskipun sang pewawancara terlihat sedang nganggur dan asyik bercanda. Tunjukkan bahwa Anda betul-betul menghargai waktu sang pewawancara, dan hanya masuk ketika telah dipanggil atau diperkenankan.

2. Berperilaku Kurang Menyenangkan

Lho, gimana ni kok bisa-bisanya berperilaku tidak menyenangkan? Iya, ini ketika ternyata Anda temukan bahwa pekerjaan yang awalnya Anda inginkan ternyata tidaklah semenarik yang Anda kira sebelumnya. Jika Anda termasuk orang yang polos, bisa jadi sikap ketidaktertarikan Anda akan langsung nampak, udah males-malesan mau melanjutkan wawancara. Dari sini, berhati-hatilah untuk tidak menampakkan sikap tidak menyenangkan seperti sikap acuh tak acuh, tidak perhatian, menyela perkataan ataupun yang lain. Ingat bahwa sang pewawancara juga punya teman, keluarga, dan relasi yang bisa jadi membawa pengaruh peluang kerja Anda di masa depan. Jika perilaku Anda buruk, sang pewawancara akan ingat dan akan sebarkan cerita buruk dan perilaku tak profesional yang Anda tampakkan.

Sehingga milikilah kebiasaan menyenangkan. Gunakan nada bicara yang menyenangkan, jangan gunakan bahasa gaul. Meskipun Anda gugup, tapi ya jangan sampai lah tampak seperti zombie; miskin senyum, tatapan dingin dan tampang tak mengenakkan. Tampakkan antusiasme dan penuh empati.

Hal ini berlaku bahkan ketika Anda menghadapi bagian resepsionis. Dia adalah orang yg pertama kali Anda temui di tempat wawancara, dan pertemuan dengan dia lah yang membentuk kesan pertama atas Anda. Jangan salah anggap bahwa pangkat rendah itu sama artinya dengan tak diperhitungkan. Ada kemungkinan adalah tugas sang resepsionis untuk mengantarkan Anda ke sesi wawancara kerja. Dia punya daya untuk mengantarkan atau memperkenalkan Anda kepada para pewawancara secara positif atau negatif bahkan sebelum Anda bertatap wajah dengan mereka. Sehingga sang pewawancara bisa jadi akan mengkonfirmasi pendapat sang resepsionis begitu Anda telah pergi.

Sehingga sederhana saja; kepada siapapun yang Anda temui di tempat wawancara; bersikap ramah lah.

3. Kurang Persiapan & Latihan

Sudah jelas, persiapan dalam wawancara memang penting. Pewawancara berharap Anda tahu sesuatu tentang perusahaan dan posisi yang Anda incar. Pengetahuan itu akan membuat Anda tampak termotivasi dan benar-benar tertarik. Maka pastikan Anda sudah lakukan PR Anda; info tentang perusahaan, produk layanannya. Pelajari dari liputan media massa, internet, majalah, mantan karyawan, dsb.

Bentuk persiapan lain adalah dengan mengenali model-model pertanyaan yang sekiranya akan diajukan, semisal seperti yg bisa Anda baca di blog ini. Itu bukan untuk dihapal sehingga Anda tak ubahnya seperti beo.

Dampak lain dari kurang latihan adalah munculnya lusinan kata “eemm”,”anu”,”kira-kira”, “mungkin” dan segala hal yang membuat Anda terkesan meragukan atau tak meyakinkan. Jika memang latihan sudah cukup tapi pas hadapi pertanyaan susah, maka daripada gunakan “eee” atau “anu”, mending beri saja jeda sebelum menjawab, dan juga antar kalimat waktu berbicara.

Maka janganlah lupa untuk melakukan latihan khusus untuk job interview Anda.

4. Gagal Mengartikulasikan Kelebihan Kekurangan

Menyebutkan kekuatan dan kelebihan memang ada seninya. Hanya Anda yang paling bisa mengenali kekuatan dan potensi diri sendiri. Ini bukan tempatnya untuk rendah hati. Jangan ragu untuk menceritakan kompetensi dan pencapain serta prestasi Anda. Anda perlu jaga jaga bila sang pewawancara belum sempat membaca detail CV Anda.

Tapi kadang masalahnya cuman karena gugup aja. Gara gara itu, apa yang harusnya kalimat sederhana jadi mbulet ndak jelas maksudnya apa. Dan lantas tak perlu pula gunakan bahasa dan istilah canggih dengan maksud agar terkesan pintar. Biasa aja, yang penting maksud Anda tersampaikan.

Variasi lain dari kesalahan ini adalah ketidakmampuan dalam menyambungkan pengalaman dan kompetensi diri dengan pekerjaan yang ditawarkan. Job description dari pekerjaan tawaran menggambarkan kebutuhan perusahaan. Maka Anda harusnya bisa menyambungkan pengalaman, bakat-bakat dan kekuatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Sehingga jika paparan kompetensi dan pengalaman Anda ngglambyar ke mana-mana sampai perihal yang tak relevan, maka peluang Anda diterima pun mengecil.

5. Mengeluh atau Menjelekkan Orang Lain

Anda akan terlihat buruk bila Anda banyak mengeluhkan atasan dan tempat kerja Anda sekarang, atau yang lalu lalu, atau pesaing-pesaing Anda. Tak perlu kita menjelekkan pihak lain untuk meninggikan diri sendiri. Itu bukanlah cara yang berhasil. Jikapun secara jujur Anda punya masalah dengan kondisi atau budaya kerja dari tempat kerja yang sekarang, tidak perlu juga Anda berkeluh kesah panjang lebar.

6. Salah Busana

Sekali lagi, kesan pertama begitu awet diingat. Dalam 17 detik pertama sejak sang pewawancara melihat Anda, kesan yang Anda hasilkan haruslah yang luar biasa positif. Berpakaianlah ala konservatif, jangan yang gaul. Untuk Anda yang perempuan: Tidak perlu gunakan banyak perhiasan; yang simpel2 saja. Jika Anda memang mengenakan perhatian, sebaiknya jangan yang imitasi. Gunakan sepatu hak rendah. Untuk Anda yang Laki-laki: Perhatikan arloji Anda, jangan kenakan arloji kekanakan yang penuh warna cerah. Jangan gunakan cincin akik secara mencolok. Sisir rapi rambut Anda. Tidak perlu juga gunakan parfum yang berlebihan sehingga bisa tercium dari radius jarak 2 meter. Jika Anda naik motor, sebaiknya cek lagi penampilan Anda di kamar mandi sebelum tiba giliran Anda. Dan jangan lupa tinggal jaket dan sarung tangan Anda di motor. Anda bahkan harus terlihat cakep sejak bertemu dengan resepsionis.

7. Makan Permen Karet atau Merokok

Permen karet dan rokok bisa jadi teman sejati Anda di kala sedang gugup. Tapi semua itu tidak sebaiknya menemani sejak Anda sudah sampai di daerah parkiran. Permen karet membuat Anda tidak terkesan formal dan malah terlihat sok. Sementara rokok bisa jadi memberi kesan bahwa Anda kurang menaruh hormat pada sesi formal wawancara. Bahkan jika sang pewawancara terlihat merokok di ruang tunggu, Anda sebaiknya tidak merokok. Anda toh ibaratnya sedang mertamu ke rumah orang. Dan merokok merupakan hak eksklusif yang diberikan oleh sang pemilik rumah kepada tamunya.
Comments
0 Comments

No comments:

Post a Comment